pengunjung blog

Tuesday 15 September 2015

makanan dan kendaraan tradisional



Kelompok Lauk Pauk. Letak Bima yang secara geografis berada di pesisir pantai mempengaruhi selera makan orang Bima. Kebanyakan makanan Bima terdiri dari ikan dan hasil laut lainnya. Orang Bima bilang kalau belum makan pakai ikan rasanya belum makan. Orang Bima tidak mengenal kata lauk pauk, kalau daerah lain “makan pakai apa?” maksudnya lauknya apa? orang Bima akan bertanya langsung “Ngaha kai uta au?” yang artinya “makan pakai ikan apa?” jawabanya  bisa saja “ngaha kai uta janga” yang arti secara harafiahnya “makan pakai ikan ayam” atau “ngaha kai uta mbe’e” yang artinya “makan pakai ikan kambing” kata ikan biasanya menempel pada nama lauk pauk lainnya.
Walaupun orang Bima menggemari ikan laut, bukan berarti di Bima tidak mengenal makanan selain ikan. Daging Kambing adalah makanan favorit setelah ikan disusul Daging Rusa atau Menjangan, Daging Sapi, Kerbau dan Kelompok Unggas serta terakhir Daging Kuda.

Kelompok Sayuran. Daun dan Buah Kelor adalah sayuran yang paling populer di Bima, bisa dibilang selama pohon kelor melambai orang Bima tidak akan kelaparan. Pohon kelor juga adalah pohon yang bersahabat, semakin dipetik daunnya semakit lebat tumbuhnya. Selain daun dan buah kelor sayuran khas Bima ada juga “sandanawa” yang sampai saat ini saya belum tahu nama Indonesianya. Dalam Bahasa Bima sayur disebut “tambeca”, mungkin singkatan dari “uta mbeca” yang artinya “ikan basah”. Dalam Kuliner Bima memang tidak banyak dikenal sayuran yang ditumis, sayur itu selalu identik dengan makanan yang berkuah


PALOMARA SANTA (IKAN KUAH SANTAN). Bahan-bahan yang dibutuhkan : ½ kg pindang ikan tongkol atau pindang kembung panjar (“salepe ruma londe” bila ada), potong-potong sesuai selera; minyak untuk menggoreng ikan. Bahan dan bumbu lainnya sama seperti Resep 1 (“uta londe palomara”) kecuali air asam ditiadakan tapi diganti dengan 2 gelas santan dari ½ butir kelapa ukuran besar. Cara Membuatnya : Goreng terlebih dahulu ikan pindang tongkol di atas api sedang jangan sampai garing, goreng sebentar saja; Iris tipis-tipis semua bumbu; cabe, bawang merah, bawang putih, kunyit, tomat, belimbing wuluh. Panaskan minyak diatas penggorengan atau panci, setelah panas masukkan semua bumbu yang sudah diiris, lengkuas dan sereh setelah layu masukkan ikan yang sudah digoreng disusul santan. Masak selama kira-kira 15 menit setelah matang masukkan daun kemangi tambahkan sedikit gula atau penyedap rasa bila suka. Siap dihidangkan dengan sambal dhoco toma atau sambal yang bercita rasa asam.

UTA MAJU (DAGING RUSA). Daging rusa di Bima biasanya diawetkan dengan cara didendeng. Dendeng Daging Rusa Bima tidak menggunakan bumbu yang bermacam-macam sebagai layaknya dendeng pada umumnya yang menggunakan ketumbar dan gula. Dendeng rusa  Bima hanya menggunakan garam, jaman dulu mungkin orang Bima memang tidak mengenal macam-macam bumbu atau mungkin orang Bima mengutamakan rasa yang orisinil, sebuah citarasa. Ini juga patut disyukuri karena dengan jenis dendeng yang seperti ini daging rusa bisa diolah kembali menjadi berbagai macam masakan. Bukan hanya daging yang diawetkan/didendeng tapi juga tulang iga rusa juga diawetkan untuk selanjutnya menjadi bahan campuran sayur. Hm….aromanya…….beda! Saya tidak menulis pengolahan daging rusa segar karena daging rusa segar bisa dibuat bermacam-macam masakan seperti halnya daging kambing, sate gulai atau semur. Saya ingin menghadirkan yang khas Bima saja. Pada saat ini semakin sulit mendapatkan Dendeng Rusa karena populasi Rusa Bima yang sudah jauh berkurang atau mungkin bisa dikatakan sebentar lagi akan punah!


MBOHI DUNGGA (SAMBAL FERMENTASI JERUK NIPIS). Sambal ini khusus diproduksi di Desa Parado secara turun temurun. Sederhana saja bahan dan cara pembuatannya. Terbuat dari jeruk (jeruk khusus yang ada di Parado semacam jeruk Medan tapi rasanya asam) yang dibuang kulit dan bijinya serta diiris-iris lalu dicampurkan dengan garam. Dibiarkan selama berminggu-minggu (difermentasi). Jadilah sambal siap saji tahan bertahun-tahun.
Kelompok Penganan (Makanan kecil)

BINGKA DOLU. Bahan-bahan yang dibutuhkan : 500 gr tepung terigu, 500 gr telur, 400 gr gula pasir, 5 gelas santan dari 2 kelapa ukuran sedang, 1 gelas air pandan suji (untuk pewarna hijau), ½ sendok teh garam, Minyak untuk mengoles cetakan. Cara Membuatnya : Campur telur dan gula kemudian kocok sebentar sampai gula hancur dan berbuih (tidak sampai mengembang), Masukkan santan dan air suji serta garam dan aduk-aduk, Masukkan terigu sedikit demi sedikit, aduk terus sampai tercampur dengan baik, Panaskan cetakan, olesi dengan minyak atau mentega setelah panas tuangi adonan setengah sampai tiga per empat cetakan saja (jangan penuh), tutup. Setelah matang angkat dengan menggunakan 2 sendok makan. Pastikan cetakan terbuat dari kuningan yang menghantarkan panas dengan baik.



kendaraan tradisional. benhur 
Sudah lazim dikenal, bahwa Ben Hur merupakan kendaraan berkuda tradisional masyarakat Bima. Nama Benhur sendiri sudah cukup melekat dalam ingatan setiap orang Bima. Di Lombok, kendaraan serupa bernama Cidomo, sedangkan di daerah Jawa disebut Delman atau Bendi. Saat ini di Kota Bima, Benhur masih menjadi transportasi pilihan bagi sebagian kalangan. Selain dinilai ramah lingkungan, murah, unik, santai dan bisa menampung sekitar 6 orang untuk satu baknya. Di wilayah Kota Bima, Ben Hur begitu ramai dijumpai di jalan-jalan arteri dari dan ke kawasan pasar ikan, pelabuhan, lintas Gajah Mada, dan lintas selatan. Sedangkan di wilayah Kabupaten Bima, Ben Hur masih diyakini sbg transportasi unggulan di semua kecamatan.








1 comment:

  1. bagus dek 😉 kalo bisa nambahin obat+obatan asli Bima spy lebih lengkap !

    ReplyDelete